Freak Hwarang #8

7f39f385b7834e4cf06070fb06cf7025

ohnajla | fantasy, romance, brothership, friendship | general | chaptered | All BTS member & Oh Sena 

Raja kerajaan Savanah ingin memberikan tahta kerajaan pada salah satu pangerannya. Tapi, pemberian tahta itu tidak semudah itu. Karena Raja Savanah ingin kerajaan jatuh pada orang yang tepat. Maka dari itu, misi aneh pun keluar sebagai penentu kualifikasi.


previous chapter: prologue || Chapter 1 || Chapter 2 || Chapter 3 || Chapter 4 || Chapter 5 || Chapter 6 || Chapter 7

Pada akhirnya Jungkook membawa pulang satu kelinci lagi untuk dipelihara di pondok. Dia memaksa sekali, padahal Sena sudah melarangnya karena memelihara kelinci hanya akan menjadi buronan para wolfdog-nya saja. Tapi ya sudahlah, daripada si bungsu menangis di tengah hutan lebih baik keinginannya dikabulkan.

Sesampainya di pondok, para pangeran langsung menjatuhkan diri di kamar. Seharian ini mereka sudah sangat lelah terlebih Jimin dan Yoongi yang harus membawa seekor rusa besar. Sena pun tak melarang mereka. Dia bahkan tidak menyuruh mereka membantunya menguliti rusa itu.

Saat dia akan menyembelih kelinci, seseorang tiba-tiba masuk ke gudang penyimpanan. Sena menyeka wajahnya yang berkeringat sambil melihat siapa yang datang.

“Kau serius mau menyembelih itu?”

Wae? Kau tidak mau sate kelinci?” balas Sena balik sambil menggorok leher si kelinci itu sampai kelinci itu kehabisan napas dan mati. Seseorang yang berdiri di sana membulatkan matanya lebar-lebar melihat bagaimana Sena dengan kejamnya membunuh hewan itu.

“Tega.”

Sena meliriknya, menyeringai. “Maaf, sudah terlanjur. Dia tidak akan bisa hidup lagi meskipun uratnya kusambung dengan lem.”

“Dasar psikopat gila.”

Sena hanya tertawa.

Orang itu yang tak lain adalah Jungkook mengusap matanya yang mulai berair. “Awas saja kalau kau membunuh kelinci yang itu.”

Kelinci yang diambil Jungkook tadi diletakkan di sebuah kandang kecil di sudut gudang penyimpanan. Kelinci itu tengah menikmati potongan wortel yang barusaja dimasukkan oleh Sena. Ekspresinya datar-datar saja saat melihat seorang temannya sudah pergi ke surga.

“Kelinci itu terlalu kurus, dagingnya pasti sedikit. Mungkin kalau dia sudah gendut seperti ini….”

ANDWAE!

Sena mengerjap-ngerjap.

“Kau tidak boleh membunuh kelinci itu! Sekalipun tidak boleh! Meskipun badannya sudah gendut tetap tidak boleh! Tidak boleh! Tidak boleh! Tidak boleh!”

Sena pun terkekeh. “Arasseo. Aku juga tidak begitu suka daging kelinci.”

Jungkook pun melipat kedua lengannya di depan dada sambil cemberut. Belum satu menit, “hei, kapan sate kelincinya jadi?”

“Setelah kau membantuku menguliti hewan ini.”

“Ekhem. Bagaimana cara mengulitinya?”

Sena meliriknya sebentar, menyeringai usil. Jungkook pun membuang pandangannya sambil mengusap tengkuk. “Dia sudah mati, jadi apa gunanya menangisi dia segala. Ekhem, lagipula aku ingin cepat makan satenya.”

Akhirnya malam itu Jungkook pun membantu Sena menguliti kelinci sampai membuat puluhan tusuk sate daging kelinci.

Krrtk krrtk!

Jungkook otomatis menoleh. “Suara apa itu?”

Sena pun menggerakkan kepalanya ke kanan sampai terdengar bunyi itu lagi. Jungkook menatapnya ngeri. “Kau ini robot?”

Gadis itu tersenyum. “Dasar. Ini suara sendi. Coba kau lakukan.”

“Ah shireo! Memang kau akan tanggung jawab kalau leherku putus?”

“Lebay,” cibir Sena. “Lehermu baru putus kalau aku menggorokmu dengan ini.” Ia pun menunjukkan golok bekas menggorok leher si kelinci itu ke depan wajah Jungkook secara tiba-tiba.

YAA! TIDAK LUCU! SINGKIRKAN ITU!”

Sena tertawa lepas.

Esoknya, setelah semuanya selesai dengan tugas harian yaitu membersihkan kandang dan memberi makan hewan, menjelang siang mereka pun berkumpul di belakang pondok untuk membakar sate dan memasak daging rusa. Seokjin dan Yoongi mengambil bagian memasak daging rusa, sementara Jimin, Hoseok dan Jungkook mengambil bagian membakar sate.

“Semua ini aku yang lakukan,” pamer Jungkook pada Jimin dan Hoseok sambil memperlihatkan beberapa tusuk sate kelinci mentah.

“Kapan? Memangnya kau tidak tidur kemarin?” tanya Jimin sambil mengipasi arang yang sudah diberi api.

“Aku baru tidur lewat tengah malam. Aku belum mengantuk, jadi kubantu saja si jabrik itu buat sate.”

“Tumben akur,” ujar Hoseok seraya membagi sate-sate itu menjadi tujuh per-set.

“Hanya untuk kemarin, tidak akan lagi untuk selanjutnya.”

Maknae! Ambilkan piring di dalam!” pekik Seokjin tiba-tiba. Jungkook menoleh, memperhatikan sejenak dua hyung-nya yang sedang sibuk memasak daging rusa yang sudah dipotong-potong kecil nyaris dua timba besar.

Shireo.”

Seokjin otomatis menoleh. “Apa katamu? Kau berani padaku sekarang?”

Senyum gigi kelinci pun muncul di wajah Jungkook. “Bercanda hyung. Berapa?”

“Sejumlah orang yang di sini, ppali.”

“Oke.”

Sementara Jungkook pergi, Namjoon dan Taehyung yang tadi terpaksa membantu Sena bersih-bersih gudang penyimpanan pun datang dengan banjir peluh. Mereka langsung duduk di atas tikar yang digelar di dekat para pangeran yang sibuk memasak. Mengepel lantai gudang penyimpanan untuk menghilangkan darah ternyata jauh lebih sulit dari yang dibayangkan.

“AH!! AKU HAUS!!!”

Kkamjagiya!” Hoseok tersentak dan nyaris saja melempar penjepit di tangannya. Ia pun menendang punggung Taehyung yang duduk paling dekat darinya.

“Kenapa kau menendangku?! Kau tidak lihat bagaimana lelahnya aku?!”

“Kau itu mengejutkanku, sekiya. Bukannya minta maaf. Untung aku tidak menjepit hidungmu dengan benda ini.”

Taehyung yang sudah lelah setengah mati hanya bisa cemberut menanggapi Hoseok.

Jungkook pun datang. “La la la ~~ aku sayang sekali ~~ doraemon ~~”

Yaa Jeon Jungkook, ambilkan aku minum,” perintah Taehyung begitu dia melihat Jungkook datang. Jungkook yang awalnya melompat-lompat kecil sambil tersenyum pun otomatis merubah ekspresi wajahnya.

“Kalau aku tidak mau?” Ia pun menyerahkan piring-piring di tangannya pada Seokjin.

“Ah ppali!! Aku sudah kehausan ini! Kau mau aku mati di sini?!”

“Mati saja. Tidak ada kau berarti aku akan menjadi pangeran ke-6.”

“Sialan. Kau menantangku?!”

“Aish berisik!” Yoongi pun langsung menoleh. “Kau ini punya kaki, Kim Taehyung. Jalan sedikit apa susahnya huh?”

“Tapi aku lelah! Argh! Kenapa kalian semua seperti ini sih?! Kalian bahkan tidak ikut membantu membersihkan gudang penyimpanan!”

Arasseo arasseo! Akan kuambilkan. Jungkook-a, gantikan aku sebentar.” Jimin pun akhirnya bersuara setelah lama hanya diam sambil mengipasi sate. Dia menyerahkan kipas pada Jungkook lalu pergi ke sumur yang ada di dekat petak wortel untuk mengambilkan air bagi Taehyung dan Namjoon. Tidak ada gelas di sini, yang ada hanyalah mangkuk dari batok kelapa yang selalu digunakan untuk minum. Dua batok kelapa penuh berisi air pun diserahkan pada Taehyung dan Namjoon.

“Ini baru yang namanya TEMAN,” ucap Taehyung sambil menekankan kata ‘teman’. Jimin hanya menggeleng pelan.

Gomawo,” ujar Namjoon sembari menerima bagiannya.

Sibuk dengan kegiatan masing-masing, tiba-tiba mereka dikejutkan dengan suara klakson mobil. Semua kepala langsung menoleh ke asal suara. Mereka bisa melihat Sena yang sedang membukakan pintu gerbang, yang tak lama kemudian masuklah sebuah mobil box klasik yang bergerak dengan bunyi berisik. Mobil itu berhenti tepat di depan gudang penyimpanan. Seorang pria tinggi muda turun dari bagian kemudi.

“Siapa orang itu?” tanya Yoongi sambil menyipitkan matanya.

“Dia tersenyum pada kita,” ujar Hoseok.

Omona, kalian lihat itu. Dia sok keren sekali pada si jabrik,” timpal Seokjin.

“Uwak! Ppoppo!” Namjoon tidak bisa menahan keterkejutannya pada adegan yang baru saja terjadi.

“Jangan-jangan itu namjachingu-nya si jabrik,” sambung Jungkook.

“Kurasa masih lebih tinggi aku dibanding dia,” tambah Jimin.

Taehyung mendongak. “Meskipun kau temanku, jujur saja kau ini sangat pendek, Jimin-a. Berhentilah bermimpi.”

“Aish, awas saja kau nanti.”

Yaa. Mereka melihat pada kita!”

Seperti yang diserukan Hoseok, pria itu dan Sena sedang menatap mereka bertujuh. Sena melambaikan tangan dengan ceria.

“Anak-anak!! Pedagang Ro datang!!”

Yoongi mengernyit. “Lalu kenapa kalau dia datang?”

“Ah … jadi itu si pedagang Ro yang dibilang si jabrik waktu itu. Biasa saja,” sambung Namjoon.

“Aku tidak kenal manusia jelek itu!!” teriak Taehyung blak-blakan.

Bukannya kesal, Sena dan pedagang Ro justru tertawa.

“Mereka lucu,” ujar pedagang Ro.

“Ya, mereka memang lucu sekali, maklum, bayi besar.”

“Enak saja bayi besar! Aku ini sudah berusia 22 tahun!” teriak Taehyung lagi.

Sena dan pedagang Ro pun menghampiri mereka. Para pangeran tampak tidak senang. Mereka menatap pedangan Ro dengan tatapan meneliti. Taehyung bahkan secara terang-terangan menatapnya penuh kebencian.

“Hei kalian, perkenalkan, inilah pedagang Ro yang waktu itu kubilang. Namanya hanya Ro, biar lebih enak, kalian panggil saja pedagang Ro. Dialah yang akan membeli hasil panen kita waktu itu. Dia ini berusia 25 tahun, tapi … dia masih muda ‘kan?”

Ekspresi Sena yang sangat mengagumi pedagang Ro pun membuat para pangeran membuat ekspresi muntah versi masing-masing.

“Kau menyukai pria sepertinya?” Si blak-blakan Taehyung pun berkicau lagi.

Sena menatap Taehyung kesal tapi berubah manis lagi begitu bertatapan dengan pedagang Ro. Yoongi menggeleng pelan.

“Dasar wanita.”

Pedagang Ro menyadari kalau ketujuh pangeran ini sedang sibuk membakar dan memasak daging. “Wah … kalian sedang pesta besar-besaran?”

“Ah! Ya, kami sedang pesta besar-besaran karena kemarin kami dapat rusa dan kelinci yang besar sekali. Kau mau?”

ANDWAE!

Sena dan pedagang Ro membelalak.

Ketujuh pangeran itu sudah siap siaga di dekat pemanggang dan kompor, bersikap defensif sambil menatap pedagang Ro galak.

“Orang asing tidak boleh ikut makan daging-daging ini,” ucap Hoseok dengan ekspresi garang yang jatuhnya bukan menakutkan tapi imut.

“Sebagai orang yang sudah mengorbankan kesehatan punggungku, aku tidak akan membiarkanmu mencoba daging-daging ini secuil pun.” –Jimin.

“Jimin benar. Kau bahkan tidak ikut memikul rusa besar itu, jadi kau tidak berhak ikut makan.” –Yoongi.

“Kau tahu, mataku sampai bengkak gara-gara menangisi seekor rakyatku yang sekarang menjadi sate-sate ini. Tidak akan kubiarkan kau menikmati pengorbanannya! Tidak akan! Sekalipun tidak! Tidak! Tidak! Dan tidak!”

Seokjin memberikan jempol pada si bungsu. “Itu keren sekali, maknae.”

“Kalian ini-”

Pedagang Ro pun menahan bahu Sena. “Sudahlah. Tidak apa-apa. Mungkin mereka belum bisa menerima kehadiranku. Tenang saja teman-teman, aku tidak akan ikut makan kalau tidak diperbolehkan.”

“Tapi-”

“Ya, kau harusnya memang seperti itu. Oh ya, kami bukan temanmu ya, maaf. Kau ini tidak sebanding dengan kami. Kau tahu? Kami ini pangeran dari kerajaan Savanah. Tujuh pangeran berdarah murni!” sahut Taehyung sambil menyeringai puas. Namjoon menepuk pundaknya, memberinya jempol.

Sena menatap satu persatu pangeran itu dengan kesal. Kemudian dia pun menghela napas.

“Baiklah kalau begitu, bagaimana kalau kita mulai sekarang saja jual belinya, Oppa?”

Seokjin mengernyit. Dia merasa tidak adil karena Sena memanggil pedagang Ro dengan oppa sementara dia tidak. Padahal dia dan orang asing bernama Ro itu seusia.

“Eum, hari ini aku membawa banyak baju bagus buatmu. Aku juga membawa beras, apel dan banyak lagi.” Dua orang itu pun pergi dari hadapan ketujuh pangeran sembari sibuk membincangkan soal jual beli mereka.

“Wah … si jabrik itu benar-benar.” Seokjin tiba-tiba berujar.

“Kenapa hyung?” tanya Jungkook bingung.

“Dia memanggil orang itu oppa sedangkan aku tidak. Padahal aku juga berusia 25 tahun. Ah jinjja.”

“Hei hei, apa kalian tidak merasakan sesuatu yang aneh dari orang bernama Ro itu?” Kalimat Namjoon pun langsung menarik perhatian.

Wae? wae? Ada apa memangnya?” tanya Yoongi tak sabaran.

“Yang aneh darinya itu dia jelek. Tampan dari mananya?” celetuk Taehyung asal.

“Bukan. Bukan itu,” sahut Namjoon cepat. Dia melirik punggung pedagang Ro sebentar. Kemudian berbisik pada yang lain. “Kurasa, dia berbohong soal usianya.”

Ye? Kau tidak salah duga, eo?” Hoseok berseru.

Namjoon menggeleng. “Aku yakin. Dia itu sudah beristri atau bisa jadi belum tapi sudah melakukan itu … ah pokoknya diantara dua itu. Kalian tidak lihat kelopak matanya?”

“Wah … kau teliti sekali, hyung,” puji Jimin sambil bertepuk tangan ria seperti anak kecil.

“Haruskah yang seperti itu dipuji?” Yoongi pun menyahut. Masa bodoh dengan pedagang Ro, dia pun berbalik untuk melanjutkan kegiatan memasaknya yang sempat tertunda.

“Tapi kalau memang benar seperti itu, bukankah si jabrik dalam bahaya?” gumam Jungkook sambil berpikir.

“Ah molla. Lupakan saja. Toh si jabrik terlihat sangat menyukainya.” Taehyung pun mengambil satu tusuk sate yang sudah matang lalu memakannya sambil duduk di atas tikar.

“Hei, jangan mencuri seutat (start)!” seru Hoseok begitu melihat tingkah Taehyung.

“Hanya satu, pelit sekali sih.”

“Ya sudahlah, lupakan saja.” Namjoon mengibaskan tangan. “Aku juga hanya berspekulasi.”

Seokjin, Hoseok dan Jungkook pun kembali disibukkan pada kegiatannya. Tapi Jimin….

“Jungkook-a, pegang ini.”

Jungkook pun menerima kipas itu lagi, mengernyit saat dilihatnya Jimin sudah berlarian meninggalkan mereka. “Kau mau kemana, hyung?!”

“Membantu jabrik!”

TBC

1 thought on “Freak Hwarang #8

Leave a comment