Swag Couple Series [#15 Chatroom (2)]

ohnajla || romance, schoollife || Teen || chaptered

Min Yoonji (OC) aka Yoongi lil sister

Park Jimin BTS 

Min Yoongi aka Suga BTS 

Jeon Jungkook BTS

other cameo

**

previous chapter

terinspirasi dari film Chatroom

Biasanya aku pergi ke sekolah dengan harapan akan mendapat nilai bagus sehingga nilai raporku nanti tidak akan memalukan. Tapi kali ini, aku berangkat sekolah dengan tujuan lain.

Aku harus bertemu Min Yoonji.

Yeah … gara-gara kemarin di chatroom, aku jadi kepikiran padanya dan penasaran.

Seperti apakah kira-kira orangnya?

Apa dia akan sama misteriusnya seperti saat di chatroom?

Atau justru sangat terbuka?

Aku akan tahu jawabannya setelah aku bertemu dengannya.

Sesampai di sekolah, aku berjalan dengan sedikit tergesa-gesa menyusuri lorong setiap kelas. Melihat satu persatu siswa perempuan, berharap menemukan seseorang dengan nama Min Yoonji di name tag seragamnya.

Tidak cukup di sana, aku pun masuk ke kelas-kelas.

Siswa-siswa lain memandangiku aneh.

Mungkin bertanya-tanya siapa gerangan diriku yang asal masuk saja ke kelas mereka.

Entahlah, sekarang aku sudah tidak peduli lagi.

Aku ingin bertemu Min Yoonji sekarang juga.

Aku ingin mendengar tentangnya langsung dari bibir tipisnya sendiri.

Yang penting aku harus bertemu dia dulu.

Namun sampai bel masuk berbunyi, aku sama sekali tidak menemukan batang hidungnya di mana pun.

Apa mungkin dia berbohong padaku?

Haksaeng, sedang apa kau di sana? Masuk ke kelasmu.”

Aku menoleh pada ssaem yang menegurku. Oke, sepertinya ini waktunya aku untuk berhenti mencarinya.

Mungkin dia berbohong.

Aku pun mulai bergerak menuju kelasku setelah ssaem yang menegurku pergi entah kemana. Karena aku sedang ada di lantai tiga tempat di mana ruang-ruang kelas 3 berlokasi, maka aku harus turun ke lantai dua untuk ke kelasku.

Langkahku terasa berat sekali ketika menuruni satu persatu anak tangga. Hah … orang-orang benar. Jangan mudah percaya pada orang lain apalagi yang baru dikenal di media sosial. Bisa jadi dia bukan Min Yoonji, bisa jadi dia berbohong padaku, bisa jadi juga dia hanya mempermainkan aku. Memang kapan sih Park Jimin ini pernah tidak sial? Dewi Fortuna itu sudah membenciku sejak aku dilahirkan ke dunia ini.

Saat sudah mencapai anak tangga terakhir, tiba-tiba terdengar suara seseorang di belakangku.

“Lambat sekali sih.”

Reflek aku pun menoleh sejak menyadari kalau itu suara seorang gadis.

Mataku membelalak melihat siapa yang berdiri di belakangku, dua tingkat lebih tinggi dariku.

Jujur aku tidak mengenalnya.

Tapi aku merasa familiar dengannya.

Tatapan matanya dingin.

Ada aroma tembakau yang menguar darinya, bercampur dengan aroma wangi mint.

Mint?

Reflek aku pun menjatuhkan pandangan pada name tag-nya.

Min Yoonji.

Aku menatap matanya lagi. “Kau—”

PAK!

Aku meringis pelan saat merasakan sesuatu yang keras memukul tempurung kepalaku. Siapa sih? Mengganggu orang sa—

Ow … ssaem itu lagi.

“Sedang apa kalian berdua di sini, huh? Tidak dengar bel masuk?”

Aku mengusap kepalaku sambil menggumamkan maaf. Sementara dia, gadis bernama Yoonji itu beranjak melewatiku dan pergi melalui lorong kelas dua.

Sebelum kehilangan jejaknya, aku pun segera mengejarnya.

Chogiyo. Chogiyo!

Di panggilan kedua akhirnya dia berhenti dan menoleh. Matanya masih menatapku dingin.

Aku pun berhenti di hadapannya. Masih mengusap kepalaku yang nyut-nyutan. “Hei .. kau apa tidak mengingatku?”

Dahinya mengkerut sebagai jawaban. Pasti dia sudah melupakan aku.

Sshh .. kau ini sebenarnya mengharapkan apa, Park Jimin?

Arasseo. Mungkin aku salah orang. Permisi.”

Aku sudah berbalik dan akan beranjak menuju kelasku sebelum tiba-tiba tanganku tertahan di belakang. Reflek aku pun berbalik dan menemukan tangannya yang sedang menggenggam lenganku. Kami saling berpandangan lagi.

“Park Jimin?”

Mungkin mataku sudah melebar sekarang.

Oh … dia masih mengingatku.

Aku pun tersenyum dan mengangguk. “Eo. Aku Park Jimin.”

Perlahan dia melepaskan cekalannya. Lalu mengeluarkan sesuatu dari saku blazer-nya dan menyerahkannya padaku.

Aku mengerutkan dahi tak mengerti.

Kenapa dia membawa lighter ke sekolah? Dan kenapa juga diberikan padaku?

“Ambillah. Temui aku di rooftop istirahat nanti.”

Dengan sedikit memaksa, dia meraih tanganku dan menyimpan lighter itu di atas tanganku. Kemudian dia beranjak menuju kelas 2-5.

Ah … jadi dia kelas 2-5. Pantas aku tidak pernah melihatnya.

Sekali lagi kupandangi benda berwarna biru muda di tanganku.

Haksaeng! Kau lagi, kau lagi! Cepat masuk ke kelasmu!”

Buru-buru kusimpan lighter itu di saku saat kudengar ssaem  yang tadi lagi-lagi menegurku. “Ne!! Sedang jalan, ssaem!”

Kulirik sekilas kelas 2-5 yang kini sedang memulai pembelajaran. Min Yoonji duduk di bangku paling belakang. Menenggelamkan wajahnya di atas meja.

Tch … ternyata dia itu sama misteriusnya seperti di chatroom.

.

.

Istirahat sekolah, aku benar-benar pergi ke rooftop seperti yang disuruhnya.

Aku tidak tahu harus mendeskripsikan tempat ini seperti apa.

Sampah di mana-mana. Kursi rusak di mana-mana. Buruk sekali. Mana aromanya itu sangat menyengat ke hidung.

Kuedarkan pandanganku untuk menemukan batang hidung seseorang yang membuatku datang kemari.

“Mencariku?”

Suara di belakangku otomatis membuatku terkejut.

Itulah dia, berdiri di belakangku sambil memasukkan kedua tangannya ke saku blazer dan sebatang rokok yang terselip di bibirnya.

Tunggu sebentar.

Rokok?

Ia mengeluarkan tangan kirinya dari saku. Lalu menjepit batang rokok di antara jari telunjuk dan jari tengahnya dan menjauhkannya dari mulut.

“Mana lighter-nya.”

Buru-buru kukeluarkan benda yang awalnya tidak kutahu fungsinya itu dari saku.

Jadi, inilah alasan kenapa dia membawa lighter ke sekolah?

Lalu kenapa diberikan padaku?

Tidak perlu bertanya untuk mendapat jawabannya. Karena setelahnya dia menyuruhku untuk menyalakan lighter itu sambil mendekatkan ujung rokoknya pada bagian atas lighter.

Seperti orang bodoh, aku mengikuti perintahnya.

Tak lama kemudian atmosfer di tempat itu makin buruk.

Bau sampah yang bercampur dengan bau nikotin.

Reflek aku menutup hidung dengan dasi. Sementara dia sama sekali tidak terganggu dan malah memasukkan ujung lain rokok ke dalam mulutnya. Menghirupnya, lalu menghembuskan asapnya ke arah lain yang berseberangan dariku.

“Aku tahu kau pasti sangat ingin bertanya sekarang. Silahkan bertanya saja,” katanya tanpa sedikitpun menatap mataku. Sekali lagi aku bisa melihat sorot matanya yang dingin.

Aku pun meremas lighter yang masih ada di tanganku. “Jadi … kau hidup seperti ini?”

Ia melirikku, sekilas. “Kau sudah lihat sendiri ‘kan?”

Wae? Kenapa kau hidup seperti ini? Kupikir kau adalah gadis yang baik-baik seperti yang kulihat di chatroom. Kupikir kau hanya gadis biasa yang hanya tahu uang, gossip, fashion. Kupikir kau itu … bukan gadis yang suka merokok. Apa ini maksudnya?”

Ia menyeringai. Menjatuhkan abu rokoknya ke lantai yang kami pijak sekarang, lalu menempelkan lagi benda itu ke mulutnya.

“Maksud bagaimana yang kau  tanyakan? Tentang aku yang ternyata tidak sesuai bayanganmu atau aku yang ternyata jauh lebih brengsek dari yang kau pikirkan? Tch … bukankah di chatroom sudah kubilang. Tempatku bukanlah tempat yang bisa dikunjungi sembarangan oleh orang lain.”

Muak melihat asap abu-abu terus keluar dari mulutnya. Aku pun menarik paksa benda itu, melemparkannya ke lantai dan menginjaknya sampai mampus.

Haksaeng tidak pantas merokok, nona.”

Ia mendengus mendengar kalimatku. Aku menatapnya serius.

“Memangnya siapa dirimu? Apa kau punya hak untuk mengatakan itu padaku?”

Dia mengeluarkan kotak rokok dari saku blazer-nya. Sial, ternyata dia sudah menyiapkan banyak batang rokok di sana. Kali ini dia memintaku untuk menyalakan lighter lagi.

Arasseo.

Aku pun membuang lighter itu. Membiarkan benda tersebut jatuh bebas ke bawah sana.

Itu jauh lebih baik bukan?

Bisa apa dia tanpa lighter?

Sekarang aku dapat menyeringai melihat ekspresi kesalnya. Ia pun memasukkan kembali kotak rokoknya ke dalam saku. Mengeluarkan benda lain berupa lollipop.

“Oke, kali ini kau menang, Park Jimin,” ujarnya dengan satu pipi menggelembung karena lollipop. Ia menatapku lagi. Datar seperti sebelumnya. “Tapi aku tidak akan menceritakan padamu soal kehidupanku.”

Dia pun berbalik dan beranjak menuju pintu keluar.

Namun aku tidak setuju dia pergi begitu saja. Aku pun ikut beranjak, menarik lengannya sampai dia berbalik lagi.

“Terserah kalau kau tidak mau bercerita padaku. Tapi kau harus tahu, aku tidak akan berhenti, Min Yoonji. Aku akan mencari tahu tentang kehidupanmu sendiri. Aku akan memaksamu untuk lepas dari benda laknat itu.”

TBC

2 thoughts on “Swag Couple Series [#15 Chatroom (2)]

  1. Benaran q bngung siapa min yoon ji, trs knp merokok..mngkn q ngak paham gara2 ngak pernah nonton chatroom…bingung jg sih..heheh

    Like

Leave a comment