Falling Crazy in Love #11 [Stereotype 2]

ohnajla || romance, schoollife, family, friendship || Teen || Chaptered 

Suga BTS aka Min Yoongi, Oh Sena (OC), V BTS aka Kim Taehyung, Lee Soomi (OC), Kihyun Monsta X aka Yoo Kihyun (cameo), Minhyuk Monsta X aka Min Minhyuk (cameo)

Stereotype

#1-9 #10

New Cast: Kim Do Yeon (ex I.O.I / Weki Meki), Park Jimin BTS

 

Goodbye friends

….Kapal berbelok dengan tajam sehingga Kapal Fellow pun oleng dan perlahan tenggelam ke laut. Total 150 orang yang berhasil diselamatkan, terdiri dari 148 siswa dan dua orang guru. Sementara 200 orang dinyatakan meninggal dunia dan 50 sisanya hilang. Berikut nama-nama korban yang dinyatakan meninggal dunia dan telah ditampung di Rumah Sakit Blood Sweat & Tears.

… Min Jisung (44) … Kim Taehyung (17) … Yoo Kihyun (17)…

Tahu-tahu Yoongi merebut remote dari tangan Sena dan mematikan TV. Ia membuang remote itu sembarangan, seolah menyalahkannya. Sena sendiri sudah terisak.

Yoongi menghela napas. Awalnya dia pikir feeling buruknya kemarin adalah pertanda Sena sakit hari ini. Tapi ternyata itu salah. Sesungguhnya itu pertanda jika karyawisata kali ini akan berjalan tidak baik-baik saja. Ayahnya, kawan sekelasnya dan kawan masa kecilnya, semua pergi.

Ia pun meraih tangan Sena yang sudah tidak tersambung infus karena telah dipindah ke tangan yang lain. Mengusapnya lembut, sambil dia sendiri mencoba menata emosi.

“Taehyung … Kihyun … hiks. Dan juga ayahmu….”

Yoongi mengangguk. Ia mengangkat pelan tangan Sena, untuk diciumnya lembut. “Semua itu adalah takdir Tuhan. Mereka memang harus pergi.”

“Tapi … hiks, kau akan semakin kesepian, Yoongi-a. Mereka semua pergi….”

Yoongi tersenyum, makin menekan emosinya. “Ada saatnya juga aku akan pergi. Semua itu hanya tergantung waktu. Ssst, uljima. Soomi dan Doyeon selamat.”

Isakan Sena makin keras. Dia tidak menangis karena Soomi dan Doyeon yang selamat, atau Kihyun dan Taehyung yang meninggal dunia. Dia menangis karena Yoongi harus hidup dengan ditinggalkan orang-orang yang disayanginya. Minhyuk. Ayahnya. Kim Taehyung. Yoo Kihyun. Beruntung ibu Yoongi sudah tidak lagi menjadi dokter sekolah dan tidak ikut serta dalam karyawisata itu sehingga Yoongi masih memiliki ibunya dan Sena di dunia ini.

Tanpa sadar air mata Yoongi mengalir turun. Ia segera menyekanya, dan tersenyum geli saat melihat Sena yang terisak seperti anak-anak.

“Sudahlah. Berhenti menangisi nasibku. Aku masih punya kau dan eomma. Gwaenchanha. Aku tidak sendirian.”

“Yoong … peluk aku.”

Yoongi pun segera bangkit dari duduknya dan memeluk Sena seperti yang diminta. Diciumnya lembut dahi gadis itu. “Ssst. Uljima, hm? Cepatlah sembuh. Setelah itu kita akan bertemu dengan Soomi dan Doyeon.”

Sena mengangguk pelan.

Sena menjalani rawat inap selama dua hari dua malam. Dia pulang di hari ketiga dalam kondisi yang sudah benar-benar sehat. Orangtuanya sedang pergi ke Ilsan, tanah kelahiran ibunya untuk mengunjungi saudara mereka yang meninggal dunia. Hanya Daehun dan Yoongi yang menemaninya pulang dari rumah sakit. Mereka segera pulang ke rumah karena kata Daehun, Soomi sudah dipulangkan dari posko penyelamatan tenggelamnya kapal Fellow di Danwon-gu.

Ketiganya pulang dengan taksi. Jarak rumah sakit dengan rumah Sena tidak begitu jauh. Sepuluh menit mereka sudah sampai di depan gerbang rumah Sena. Yoongi yang membayar. Kemudian mereka bertiga pun segera masuk ke dalam rumah.

Eonni!” panggil Sena begitu dia berhasil menginjakkan kaki di rumahnya. Tidak terlihat adanya tanda-tanda kehidupan. Ruangan-ruangan yang tidak berjendela tampak gelap karena lampu tidak dinyalakan. Daehun masuk paling terakhir, dan dialah yang menyalakan semua lampu.

“Sohyun hyung tidak ada di rumah. Dia sedang karyawisata ke Busan.”

Mendengar kata ‘karyawisata’ entah kenapa ada ketakutan tersendiri yang menyergap Sena. Dia pun segera berlarian menuju kamarnya. Hanya di tempat itulah satu-satunya harapan Sena bahwa Soomi pasti ada di sana. Dan benar saja. Dia bisa melihat gadis yang memiliki 45% kemiripan dengannya tengah duduk bersandar pada kepala ranjang, menatap lurus pada jam dinding seberang dengan tatapan kosong.

Eonni….” Panggilnya dengan lembut seraya mendekat. Ia pun bergabung di atas ranjang, memeluk Soomi dari samping.

“Sena?”

“Hm. Ini aku.”

Soomi tersenyum tipis, tipis sekali. Ia mengelus tangan Sena yang melingkari pinggangnya. “Syukurlah kau tidak ikut acara itu.”

Sena terisak. Sakit melihat Soomi yang tampak menyedihkan seperti sekarang ini.

Eonni gwaenchanha?

“Menurutmu?”

Sena menggeleng. Seolah mengatakan dengan jujur bahwa kakaknya itu sungguh tidak baik-baik saja.

“Hari ini adalah hari kremasi dia.”

Sena menyurukkan wajahnya di antara rahang dan bahu Soomi. Ia tidak kuat mendengar pernyataan itu.

“Pukul sepuluh, dan sekarang sudah hampir pukul sebelas. Mungkin saat ini dia sudah berubah menjadi abu. Ah … padahal aku sudah mengajaknya berkencan sepulang dari sana. Dasar si hidung besar itu.”

Eonni….”

“Dia itu sangat tidak respek padaku. Haha, dia pikir aku bisa bahagia dengan begitu saja hanya karena dia bilang kalau perasaannya abadi padaku? Dia hanya memberiku pelampung sebagai hadiah terakhirnya. Dasar. Apa dia tidak tahu isi kepala seorang wanita? Apakah dia tidak tahu kalau aku hanya ingin dirinya? Tch, dasar kurang ajar. Dan dia …dia … dia pergi begitu saja … tanpa ucapan selamat tinggal. Hiks.”

Mereka pun berpelukan dengan erat. Saling menumpahkan emosi di bahu masing-masing. Ditinggalkan memang sangat menyakitkan, tidak terkecuali juga dengan orang yang melihat seseorang yang ditinggalkan. Keduanya tidak marah saat bahu mereka basah karena tangis satu sama lain. Semua itu tidak sebanding dengan luka di hati mereka.

Di balik pintu yang terbuka sedikit, Yoongi tampak sedang menyeka air matanya yang berhasil lolos menyusuri pipi. Ia tersenyum tipis, lantas menutup rapat pintu tersebut, membiarkan dua gadis itu larut dalam kesedihan mereka.

Setelah dua hari dua malam tinggal di rumah sakit untuk menunggui Sena, Yoongi akhirnya bisa pulang ke rumah. Seperti biasa, rumahnya akan sangat sepi dan mencekam. Tidak ada siapa pun di sini, namun dia merasa jika ada seseorang yang tengah mengawasinya.

Ia mencoba tak peduli dengan perasaan itu dan memilih untuk membaringkan tubuhnya di atas sebuah sofa. Menggeliat ke kanan dan kiri secara tidak nyaman, kemudian menghela napas gusar.

Hyung, bicaralah. Dimana pun kau, bicaralah. Jangan membuatku tidak nyaman seperti ini. Kau tahu kalau aku ini indigo bukan? Aku tak bisa melihat di mana dirimu tapi aku bisa merasakanmu di sekitarku. Berhenti menatapku dan bicaralah.”

Usai bicara begitu, Yoongi pun memejamkan matanya perlahan.

Tolong jaga Sena untukku.

“Hm. Aku akan menjaganya bahkan tanpa kau suruh.”

Kihyun, appa dan temanmu itu, mereka sudah bersamaku. Tapi mereka tidak di sini.

“Tolong jaga mereka juga.”

Hm. Sebenarnya, dua temanmu memintaku untuk memberitahumu sesuatu.

Dahi Yoongi berkerut. “Apa itu?”

Kau harus bertemu seseorang bernama Park Jimin. Mereka bilang, orang yang bernama Park Jimin itu membawa pesan terakhir mereka untukmu.

“Ah … Jimin. Arasseo.”

 Mereka juga memintamu untuk menjaga Soomi dan Doyeon.

Yoongi tersenyum tipis. “Arasseo.”

Hiduplah selama mungkin, Min Yoongi. Kau tidak sendirian. Kami tidak benar-benar meninggalkanmu. Kami ada di dekatmu, di dalam hatimu. Kau hanya perlu menjalani hidupmu dengan baik seperti biasanya.

“Sudah lama aku tidak mendengar nasehat seorang kakak. Ne, aku akan berusaha untuk tetap hidup seperti yang kau mau, Hyung.”

Aku akan menemani mereka di sana. Tidak mengapa jika kutinggal, ‘kan? Kurasa sebentar lagi seseorang akan datang. Jaga dirimu baik-baik, adikku. Berhenti membayangkan jika nantinya kau akan berakhir sepertiku. Kau itu pantas untuk hidup lebih lama.

Yoongi mengangguk patuh.

Selamat tinggal.

Dan atmosfer di rumah ini pun seketika berubah ringan. Tak ada lagi perasaan jika seseorang tengah mengawasi. Ia merasa tenang, dengan hanya diselimuti oleh keheningan.

TING TONG!

Sampai akhirnya seseorang menekan bel rumahnya. Ia pun segera menggerakkan badannya untuk membukakan pintu. Bisa dia lihat di intercom, seorang gadis yang tampak tengah mengeringkan wajah dengan tisu sambil sesekali terdengar isakan kecil darinya. Meski hanya puncak kepalanya saja yang kelihatan, tapi Yoongi tahu betul kalau gadis itu adalah kekasihnya. Ia pun lantas membuka gerbang rumahnya.

“Ini bahkan belum sejam kita berpisah, Sena,” ujarnya sembari mengurung Sena dalam dekapannya. Ia menghirup dalam aroma gadisnya, sambil mengeratkan pelukan. “Kau sangat merindukanku, hm?”

“Kenapa kau tidak bilang kalau pulang?”

“Aku hanya tidak ingin mengganggu momenmu bersama Soomi.”

Sena mendorong pelan bahu Yoongi agar dia bisa melihat tepat ke mata kecil kekasihnya. Mata itu tampak lelah. Sepertinya Yoongi tidak banyak tidur saat di rumah sakit. Ia pun menyentuhkan ujung jarinya pada kedua mata Yoongi yang reflek menutup. “Sepertinya kau butuh tidur, Yoong.”

Yoongi selalu merasa geli setiap kali Sena memanggilnya dengan panggilan seperti itu. Imut, Sena jadi tambah imut saat melafalkannya.

“Kalau begitu temani aku. Aku takut tidur sendirian di rumah.”

Sena menyeringai. “Ini pertama kalinya kau bilang kalau kau takut sendirian di rumah. Arasseo. Eonni juga sedang tidur. Akan kutemani sampai nanti kau bangun lagi.”

Lelaki itu tersenyum puas. Ia pun menggandeng Sena memasuki rumahnya. Tidak di kamar, dia paling tidak suka tidur siang di kamar. Karena itu, mereka ada di sofa yang ditempati Yoongi tadi. Yoongi tidak separah itu untuk menjadikan paha Sena sebagai bantalnya. Ia membawa bantal dari kamar, dan mengajak Sena untuk ikut tidur juga bersamanya.

Enyahkan pikiran kalian yang mengharapkan momen-momen penuh hasrat dan napsu diantara mereka. Tubuh Yoongi sudah lelah, menemani pasien di rumah sakit termasuk hal yang melelahkan setara dengan lari marathon selama dua hari berturut-turut. Begitu juga Sena yang sudah tidak bisa memikirkan apa pun selain mengistirahatkan pikirannya yang berat. Sofa itu cukup besar dan lebar untuk memuat dua orang dengan Yoongi yang berada di paling pinggir. Mereka terlelap, dengan saling berpelukan.

TBC

1 thought on “Falling Crazy in Love #11 [Stereotype 2]

Leave a comment